• November 16, 2024

Padang, 16 November 2024 – PT Pelabuhan Tanjung Priok atau PTP Nonpetikemas Cabang Teluk Bayur  yang merupakan Pelabuhan strategis di Sumatera Barat, memperkuat perannya dalam mendukung  aktivitas logistik nasional. Dengan mengusung visi keberlanjutan dan efisiensi, PTP Cabang Teluk Bayur  terus berinovasi untuk menjadi pelabuhan hijau (green port) dan meningkatkan kualitas layanan,  produktivitas, dan kinerja.  

PTP Nonpetikemas terus menciptakan lingkungan operasi yang aman serta berkelanjutan dengan  menerapkan standar ISO 14001 dan ESG (Environment, Social & Governance). Beberapa langkah  konkret dilakukan seperti pengembangan infrastruktur ramah lingkungan melalui penggunaan energi  terbarukan dan peningkatan sistem pengelolaan limbah, efisiensi energi dengan elektrifikasi  operasional seperti crane dan kendaraan listrik. Selain itu juga pengelolaan emisi dan polusi dilakukan  dengan dukungan pemerintah, masyarakat, dan mitra bisnis. 

Branch Manager PTP Cabang Teluk Bayur, Fauzi, mengatakan dalam upaya green port, Pelabuhan  Teluk Bayur telah mengadopsi teknologi ramah lingkungan yang salah satunya adalah sistem  elektrifikasi alat-alat operasional. Pelabuhan Teluk Bayur, juga telah menggunakan oil boom dalam  setiap kegiatan bongkar muat curah cair untuk meminimalkan risiko kebocoran sehingga mencegah  pencemaran dan kerusakan lingkungan. Hal ini tentunya mampu meningkatkan rasa aman dan  kepercayaan pengguna jasa. 

Fauzi, menegaskan komitmennya dalam mendukung implementasi greenport. “Salah satu wujud  komitmen kami dalam implementasi greenport dengan elektrifikasi alat bongkar muat seperti Gantry  Jib Crane sehingga dapat menekan biaya operasional konsumsi BBM hingga 25% dan mengurangi  tingkat kebisingan serta polusi udara,” terang Fauzi. 

Selain komitmennya dalam mengaplikasikan greenport, PTP Nonpetikemas Cabang Teluk Bayur juga  telah berhasil meningkatkan produktivitas dan kinerjanya. Pelabuhan Teluk Bayur saat ini merupakan  salah satu Pelabuhan utama di Indonesia dalam penanganan komoditas curah cair, terutama minyak  kelapa sawit (CPO). Kapasitas penanganannya mencapai 3,2 juta ton per tahun, menjadikannya  sebagai pelabuhan terbesar kedua setelah Dumai. Selain CPO, komoditas lain seperti cangkang dan  bungkil juga diekspor ke Korea, Jepang, dan New Zealand melalui pelabuhan ini.  

PTP Teluk Bayur berhasil menorehkan capaian penting dalam upaya meningkatkan efisiensi layanan  pelabuhan. Pelabuhan mengimplementasikan sistem operasi Pelabuhan nonpetikemas terintegrasi  yang disebut PTOS-M (Pelindo Terminal Operating System Multipurpose) / PTOS-M yang  memudahkan sistem monitoring kegiatan bongkar muat. PTOS-M menjadi bagian dari proses  transformasi dan standardisasi yang salah satu dampaknya adalah peningkatan kinerja produktivitas  Ton/Ship/Day (T/S/D) dan penurunan port stay yang signifikan.  

Sampai dengan Triwulan III Tahun 2024, PTP Nonpetikemas Cabang Teluk Bayur telah mencatat  peningkatan kinerja produktivitas Ton/Ship/Day (T/S/D) seperti pada komoditas curah kering, yaitu  dari 1.999 T/S/D menjadi 2.604 T/S/D atau peningkatan kecepatan layanan di pelabuhan 30%. Selain  itu, terjadi penurunan port stay atau waktu durasi sebuah kapal berada di pelabuhan. Waktu tunggu 

kapal di pelabuhan ini berhasil diturunkan dari rata-rata 3 hari menjadi 2 hari, yang berarti  peningkatan efisiensi biaya di Pelabuhan bagi pengguna jasa hingga 33%.  

Penurunan waktu tunggu ini merupakan hasil dari penerapan sistem dan standardisasi baru yang  mendukung kelancaran proses bongkar muat, sekaligus mengurangi hambatan operasional. Dengan  berkurangnya waktu tunggu, para pengguna jasa pelabuhan dapat menikmati manfaat efisiensi biaya  operasional. Kapal yang dapat lebih cepat dilayani akan menurunkan biaya logistik dan mempercepat  pengiriman barang. 

Menurut Fauzi, efisiensi waktu tunggu kapal menjadi salah satu prioritas utama untuk meningkatkan  kualitas pelayanan kepada pengguna jasa pelabuhan. “Peningkatan ini kami capai dengan menerapkan  standar dan sistem yang mampu memperlancar operasional di lapangan. Kami optimis bahwa langkah  ini akan meningkatkan daya saing PTP Nonpetikemas Cabang Teluk Bayur, baik di kancah nasional  maupun internasional,” ungkapnya. 

Kinerja hingga Triwulan III 2024 mencatat trafik komoditas General & Bag Cargo dengan realisasi  throughput sebesar 489.000 ton/m³. Komoditas curah kering tercatat sebesar 1.480.000 ton dan  komoditas curah cair mencapai realisasi throughput sebesar 2.066.000 ton. PTP Nonpetikemas  Cabang Teluk Bayur memiliki fasilitas dermaga sepanjang 917,3m dan fasilitas lapangan penumpukan  seluas 36.341 m2 melayani berbagai macam kargo seperti curah cair (berupa CPO, Aspal), curah kering  (berupa Batubara, Cangkang, Bungkil, Pupuk, Jagung, Kedelai, Gypsum dan Copper Slag), dan bag  cargo (berupa semen dan pupuk). 

Keberhasilan Pelabuhan Teluk Bayur sebagai pintu gerbang perekonomian Sumatera Barat tidak  terlepas dari dukungan pemerintah dan stakeholder lainnya. Pelabuhan Teluk Bayur berkomitmen  untuk menjadi pelabuhan yang lebih aman, nyaman, dan berkelanjutan, mendukung pertumbuhan  ekonomi regional serta menjaga kelestarian lingkungan.  

“Kami berkolaborasi dengan pemerintah Sumatera Barat, perusahaan bongkar muat, dan pemilik  barang untuk menyusun roadmap kerjasama yang optimal, termasuk penataan masyarakat sekitar  pelabuhan, Kami berkomitmen mengoptimalkan layanan di PTP Teluk Bayur agar memberikan  kontribusi signifikan dalam memperkuat rantai pasok dan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah  maupun nasional” terangnya.  

SM Sekretaris Perusahaan PTP Nonpetikemas Fiona Sari Utami turut menegaskan komitmen  perusahaan dalam transformasi ini. “Transformasi yang dilakukan PTP Nonpetikemas tidak hanya  bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga untuk memperkuat daya saing di  tingkat nasional dan internasional. Kami berkomitmen untuk menghadirkan pelayanan yang lebih baik  melalui peningkatan pelayanan jasa bongkar muat nonpetikemas,” ungkap Fiona.